Kalau ingin melakukan aktivitas seksual yang sebenarnya tak benar-benar dibutuhkan dan muncul perasaan tidak nyaman, ini tandanya Anda mulai berlebihan. |
Manusia punya kebutuhan dasar yang harus terpenuhi dengan baik, namun tidak berlebihan. Baik kebutuhan makan, minum, hingga hubungan seks. Kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan timbul masalah. Masalah juga akan muncul kalau setelah kebutuhan terpenuhi, Anda mulai terfokus pada keinginan melakukan lebih dari kebutuhan termasuk dalam hubungan seksual.
Tandanya, Anda pun mulai tertarik dengan aktivitas seksual yang sebenarnya tak membuat Anda merasa nyaman melakukannya, tapi ingin mempraktikkannya karena terpancing keinginan mengikuti tren.
"Seseorang akan sakit kalau tidak terpenuhi kebutuhan seksnya. Tapi kalau kebutuhan seks sudah terpenuhi ya berhenti," jelas Psikolog Zoya Amirin.
Menurut Zoya, kalau muncul keinginan melakukan aktivitas seksual tertentu, padahal sebenarnya kebutuhan sudah terpenuhi, coba tanya lagi kepada diri sendiri, apakah benar-benar butuh? Apakah tidak bisa melakukan variasi seksual lain yang tidak mengorbankan perasaan pasangan? Misalnya Anda ingin threesome, atau ingin anal seks yang belakangan jadi tren misalnya. Apakah Anda ingin melakukannya karena mengikuti tren saja, padahal sebenarnya tak merasa benar-benar membutuhkannya?
"Kalau kita sudah mulai melakukan penyangkalan, ah tidak apa-apa sesekali boleh lah, sebenarnya dalam diri kita sudah merasa ada yang salah tapi kita tetap melakukannya karena merasa ingin, bukan lagi karena butuh," jelasnya.
Ketika kita mulai menginginkan sesuatu, kita selalu ingin lebih. Padahal, kalau kita tidak melakukannya pun tidak masalah sebenarnya. Karena sebenarnya kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Hal ini berlaku juga dalam kebutuhan akan hubungan seks.
Tak hanya aktivitas seksual, penggunaan pil biru juga menunjukkan bagaimana seseorang mulai fokus pada keinginan bukan kebutuhan.
"Karena merasa ingin performa seksualnya dipuji, mulai ingin mengonsumsi pil biru. Tapi, apakah benar-benar butuh? Memang tidak ada usaha lain yang bisa dilakukan? Misalnya membangun romantisme bersama pasangan. Dengarkan lagi diri sendiri, kalau sudah mulai denial, sebenarnya tahu kalau ini salah, tandanya Anda sudah melakukan perilaku berisiko tinggi, bukan lagi memenuhi kebutuhan tapi lebih kepada keinginan," tutup Zoya.
Tandanya, Anda pun mulai tertarik dengan aktivitas seksual yang sebenarnya tak membuat Anda merasa nyaman melakukannya, tapi ingin mempraktikkannya karena terpancing keinginan mengikuti tren.
"Seseorang akan sakit kalau tidak terpenuhi kebutuhan seksnya. Tapi kalau kebutuhan seks sudah terpenuhi ya berhenti," jelas Psikolog Zoya Amirin.
Menurut Zoya, kalau muncul keinginan melakukan aktivitas seksual tertentu, padahal sebenarnya kebutuhan sudah terpenuhi, coba tanya lagi kepada diri sendiri, apakah benar-benar butuh? Apakah tidak bisa melakukan variasi seksual lain yang tidak mengorbankan perasaan pasangan? Misalnya Anda ingin threesome, atau ingin anal seks yang belakangan jadi tren misalnya. Apakah Anda ingin melakukannya karena mengikuti tren saja, padahal sebenarnya tak merasa benar-benar membutuhkannya?
"Kalau kita sudah mulai melakukan penyangkalan, ah tidak apa-apa sesekali boleh lah, sebenarnya dalam diri kita sudah merasa ada yang salah tapi kita tetap melakukannya karena merasa ingin, bukan lagi karena butuh," jelasnya.
Ketika kita mulai menginginkan sesuatu, kita selalu ingin lebih. Padahal, kalau kita tidak melakukannya pun tidak masalah sebenarnya. Karena sebenarnya kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi. Hal ini berlaku juga dalam kebutuhan akan hubungan seks.
Tak hanya aktivitas seksual, penggunaan pil biru juga menunjukkan bagaimana seseorang mulai fokus pada keinginan bukan kebutuhan.
"Karena merasa ingin performa seksualnya dipuji, mulai ingin mengonsumsi pil biru. Tapi, apakah benar-benar butuh? Memang tidak ada usaha lain yang bisa dilakukan? Misalnya membangun romantisme bersama pasangan. Dengarkan lagi diri sendiri, kalau sudah mulai denial, sebenarnya tahu kalau ini salah, tandanya Anda sudah melakukan perilaku berisiko tinggi, bukan lagi memenuhi kebutuhan tapi lebih kepada keinginan," tutup Zoya.
Post a Comment