Punya atasan beda divisi yang hobi menyebarkan kesalahan di kantor
memang bikin panas hati dan telinga. Sebelum emosi, coba lakukan tujuh
hal ini.
1. Berusahalah untuk berprestasi.
Bila atasan beda divisi ini cenderung membesar-besarkan hal yang menurut Anda "kecil" dan tidak memberikan pujian atas perilaku positif Anda, maka upaya Anda untuk selalu berprestasi di kantor sudah benar. Bila hal ini belum berhasil, kemungkinan karena Anda memakai tolak ukur yang berbeda dengan atasan tersebut.
2. Tak hanya sesuai deadline.
Misal, selama ini Anda merasa yang paling penting adalah kerja selesai tepat waktu. Sementara gol kerja atasan adalah tercapainya kualitas kerja prima, zero error dengan hasil akurasi kerja sesuai yang dia inginkan, terlepas dari deadline, sedikit terlambat, tidak apa.
3. Lebih teliti.
Untuk itu, tentunya Anda perlu lebih fokus pada kerja yang teliti, detil, sesuai prosedur, termasuk konfirmasi ke atasan maupun pihak berwenang lain, apakah sejauh ini Anda sudah mengerjakan pekerjaan dengan tepat, daripada Anda sekadar kerja sesuai standar saja demi tepat waktu, namun hasil kerja tidak menonjol dan kurang akurat.
4. Komunikasi yang tepat. Lisan atau tulisan?
Misal, atasan adalah seseorang yang senang bicara, dia lebih senang anak buahnya menyampaikan secara langsung. Sementara Anda cenderung memproses informasi dengan cara menulis, dan semua laporan kerja Anda sampaikan secara formal, dalam bentuk laporan yang rapi, melalui email, dan jarang bicara. Komunikasi ini tidak akan efektif, karena gaya pemrosesan informasi Anda dan atasan berbeda. Ikuti dan lakukan adaptasi gaya proses informasi dan gaya komunikasi atasan, sehingga dia merasa terhubung dari waktu ke waktu dan berada di gelombang kerja yang sama.
5. Cek juga bagaimana cara atasan mengambil keputusan.
Apakah lebih berdasarkan pertimbangan analitis dan mendalam atau berdasarkan masukan dari orang-orang di dekatnya yang ia percaya? Misalnya, bila dia cenderung mempercayai apa yang dikatakan orang-orang dekatnya, akan sia-sia upaya Anda mengajukan data-data dan analisa setajam mungkin. Dalam situasi ini, Anda bisa juga membina hubungan baik, melobi atau bernegosiasi dengan orang-orang yang dianggap signifikan oleh atasan.
6. Samakan gelombang.
Optimalkan kinerja Anda selama ini dengan menyamakan gelombang Anda dengan atasan dalam hal gaya komunikasi, gaya atasan mengambil keputusan, sehingga dia berangsur-angsur berbalik memercayai Anda, bahkan bisa mendukung Anda.
7. Fokus pada penilaian atasan langsung.
Dan tentunya tetap fokus dengan bekerja sesuai key performance indikator. Mengingat ada atasan langsung yang lebih tahu kinerja Anda sesungguhnya dan lingkungan kerja tidak terpengaruh dengan kasak-kusuk yang tidak benar.
1. Berusahalah untuk berprestasi.
Bila atasan beda divisi ini cenderung membesar-besarkan hal yang menurut Anda "kecil" dan tidak memberikan pujian atas perilaku positif Anda, maka upaya Anda untuk selalu berprestasi di kantor sudah benar. Bila hal ini belum berhasil, kemungkinan karena Anda memakai tolak ukur yang berbeda dengan atasan tersebut.
2. Tak hanya sesuai deadline.
Misal, selama ini Anda merasa yang paling penting adalah kerja selesai tepat waktu. Sementara gol kerja atasan adalah tercapainya kualitas kerja prima, zero error dengan hasil akurasi kerja sesuai yang dia inginkan, terlepas dari deadline, sedikit terlambat, tidak apa.
3. Lebih teliti.
Untuk itu, tentunya Anda perlu lebih fokus pada kerja yang teliti, detil, sesuai prosedur, termasuk konfirmasi ke atasan maupun pihak berwenang lain, apakah sejauh ini Anda sudah mengerjakan pekerjaan dengan tepat, daripada Anda sekadar kerja sesuai standar saja demi tepat waktu, namun hasil kerja tidak menonjol dan kurang akurat.
4. Komunikasi yang tepat. Lisan atau tulisan?
Misal, atasan adalah seseorang yang senang bicara, dia lebih senang anak buahnya menyampaikan secara langsung. Sementara Anda cenderung memproses informasi dengan cara menulis, dan semua laporan kerja Anda sampaikan secara formal, dalam bentuk laporan yang rapi, melalui email, dan jarang bicara. Komunikasi ini tidak akan efektif, karena gaya pemrosesan informasi Anda dan atasan berbeda. Ikuti dan lakukan adaptasi gaya proses informasi dan gaya komunikasi atasan, sehingga dia merasa terhubung dari waktu ke waktu dan berada di gelombang kerja yang sama.
5. Cek juga bagaimana cara atasan mengambil keputusan.
Apakah lebih berdasarkan pertimbangan analitis dan mendalam atau berdasarkan masukan dari orang-orang di dekatnya yang ia percaya? Misalnya, bila dia cenderung mempercayai apa yang dikatakan orang-orang dekatnya, akan sia-sia upaya Anda mengajukan data-data dan analisa setajam mungkin. Dalam situasi ini, Anda bisa juga membina hubungan baik, melobi atau bernegosiasi dengan orang-orang yang dianggap signifikan oleh atasan.
6. Samakan gelombang.
Optimalkan kinerja Anda selama ini dengan menyamakan gelombang Anda dengan atasan dalam hal gaya komunikasi, gaya atasan mengambil keputusan, sehingga dia berangsur-angsur berbalik memercayai Anda, bahkan bisa mendukung Anda.
7. Fokus pada penilaian atasan langsung.
Dan tentunya tetap fokus dengan bekerja sesuai key performance indikator. Mengingat ada atasan langsung yang lebih tahu kinerja Anda sesungguhnya dan lingkungan kerja tidak terpengaruh dengan kasak-kusuk yang tidak benar.
Post a Comment