Setiap orang pasti pernah merasakan sakit hati. Lantas, apa yang Anda lakukan selanjutnya? Terpuruk, atau membalas dendam?
Sesakit
apapun diri Anda, sebaiknya jangan pernah untuk berpikir balas dendam.
Pada awalnya pasti akan terasa sangat menyakitkan dan menimbulkan
kemarahan, sebelum akhirnya Anda mampu memaafkan. Namun, memaafkan akan
lebih baik dibandingkan dengan balas dendam. Balas dendam justru membuat
kita menjadi orang yang buruk, bahkan sama seperti orang yang menyakiti
kita. Tak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa balas dendam bisa
meningkatkan stres dan merusak kesehatan.
"Ketika kita dipukul, secara refleks biasanya kita langsung membalas. Namun, hal inilah yang ujungnya akan menimbulkan perkelahian, bahkan perang," ungkap Judith Orloff, penulis buku Emotional Freedom: Liberate Yourself From Negative Emotions and Transform Your Life.
"Ketika kita dipukul, secara refleks biasanya kita langsung membalas. Namun, hal inilah yang ujungnya akan menimbulkan perkelahian, bahkan perang," ungkap Judith Orloff, penulis buku Emotional Freedom: Liberate Yourself From Negative Emotions and Transform Your Life.
Namun
agar pribadi kita berkembang, kita harus menahan nafsu untuk membalas
dendam, dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan dengan cara yang lebih
positif. Yakini bahwa segala perbuatan kita pasti akan ada balasannya
suatu saat. Gunakan energi Anda bukan untuk membalas perbuatan orang
yang menyakiti Anda, melainkan untuk melakukan hal-hal yang
membahagiakan Anda. Seorang pendendam tidak akan mendapatkan kekuasaan
dan kebahagiaan apapun, karena pikiran untuk membalas dendam akan terus
mengusik kedamaian pikiran Anda.
Ketika Anda mencoba memaafkan, Anda akan menyadari bahwa bagian tersulit dari memaafkan adalah memaafkan sang pelaku, dan bukan perbuatannya. "Memaafkan mengacu pada si pelaku, dan bukan hanya perbuatannya. Seringkali mudah memaafkan perbuatannya, namun kita sendiri masih benci dengan si pelaku," tambah Judith.
Ketika Anda mencoba memaafkan, Anda akan menyadari bahwa bagian tersulit dari memaafkan adalah memaafkan sang pelaku, dan bukan perbuatannya. "Memaafkan mengacu pada si pelaku, dan bukan hanya perbuatannya. Seringkali mudah memaafkan perbuatannya, namun kita sendiri masih benci dengan si pelaku," tambah Judith.
Selain itu, akan sangat sulit bagi kita ketika kita
membiarkan mereka pergi dengan segudang "kemenangan" karena berhasil
menyakiti kita. Memaafkan perbuatan seseorang yang buruk harus
dilakukan, namun tetaplah pada pendirian Anda jika Anda tahu itu benar.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memaafkan si pelaku dan perbuatan yang dilakukannya. "Untuk bisa memaafkan, jadilah lebih hebat dibanding rasa marah Anda. Cobalah untuk mengontrol kemarahan dan mulailah untuk memaafkan," tambahnya.
Beribadah. Mulailah untuk melakukan berbagai aktivitas rohani ketika sedang merasa marah. Dengan beribadah, hati Anda akan lebih tenang dan justru bisa mendapatkan pengampunan. Setelah itu, Anda bisa melanjutkan kembali perjuangan Anda untuk tantangan selanjutnya.
Curhat. Ceritakan pada sahabat, terapis, ataupun orang yang dekat dengan Anda tentang hal yang dialami. Dengan demikian, kemarahan Anda bisa keluar dan perasaan menjadi lega. "Selain itu, menulis dalam sebuah jurnal atau diary bisa melegakan perasaan Anda," ujar Judith.
Memaafkan. Lihatlah orang yang membuat Anda marah, dengan kepala dingin. Kemudian tanyalah pada diri Anda sendiri, "Apa kekurangan saya yang membuat dia marah?" Hal ini sebenarnya bukan kalimat kekalahan, tapi justru sebagai cara memaafkan orang yang sudah menyakiti kita. Terlebih kita juga bisa introspeksi diri kita sendiri agar menjadi orang yang lebih baik.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memaafkan si pelaku dan perbuatan yang dilakukannya. "Untuk bisa memaafkan, jadilah lebih hebat dibanding rasa marah Anda. Cobalah untuk mengontrol kemarahan dan mulailah untuk memaafkan," tambahnya.
Beribadah. Mulailah untuk melakukan berbagai aktivitas rohani ketika sedang merasa marah. Dengan beribadah, hati Anda akan lebih tenang dan justru bisa mendapatkan pengampunan. Setelah itu, Anda bisa melanjutkan kembali perjuangan Anda untuk tantangan selanjutnya.
Curhat. Ceritakan pada sahabat, terapis, ataupun orang yang dekat dengan Anda tentang hal yang dialami. Dengan demikian, kemarahan Anda bisa keluar dan perasaan menjadi lega. "Selain itu, menulis dalam sebuah jurnal atau diary bisa melegakan perasaan Anda," ujar Judith.
Memaafkan. Lihatlah orang yang membuat Anda marah, dengan kepala dingin. Kemudian tanyalah pada diri Anda sendiri, "Apa kekurangan saya yang membuat dia marah?" Hal ini sebenarnya bukan kalimat kekalahan, tapi justru sebagai cara memaafkan orang yang sudah menyakiti kita. Terlebih kita juga bisa introspeksi diri kita sendiri agar menjadi orang yang lebih baik.
Post a Comment