Pelajaran Cinta Dari Anak-Anak


Sebagai orang tua tentu Anda ingin mengajarkan cinta kasih kepada anak-anak. Namun, nyatanya justru anak-anak dengan berbagai perilaku spontannya, tanpa disadari, bisa mengajarkan orang tua tentang makna cinta dan kasih sayang.

Berpengalaman 20 tahun sebagai Relationship Coach, ibu dua anak (8 dan 14 tahun), Carmelia Ray punya pengalaman bagaimana anak bisa memberikan pelajaran berharga tentang cinta.  Sejumlah karakteristik berikut menunjukkan besarnya cinta yang dimiliki anak-anak:

1. Rendah hati dan menerima diri.

Ray memiliki anak 14 tahun yang selalu menerima pujian karena penampilannya yang menarik. Anak gadisnya ini menanggapi dengan penuh rendah hati, ia mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang memuji penampilannya. Anak perempuan remaja ini juga tak mengambil keuntungan atas daya tarik dirinya. Ia juga tidak lantas pilih-pilih teman berdasarkan pernampilan. Menurutnya, penampilan tak penting jika menyangkut cinta dan hubungan.

Sementara sebagai perempuan dewasa yang berkarier di bidang hubungan dan kencan, Ray mengaku kerap menyaksikan bagaimana seseorang mengandalkan penampilan untuk mendapatkan keuntungan. Banyak orang yang memanipulasi orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, mengandalkan fisik.  Alih-alih menerima orang lain, termasuk pasangan dengan perasaan cinta, banyak orang dewasa yang justru mengambil keuntungan dari segi fisik dalam menjalin hubungan. Pelajaran pertama, hanya dengan cinta Anda bisa menerima diri sendiri dan orang lain, apa adanya.

2.  Kuat dan memaafkan.
Ray menjalani masa sulit selama dua tahun, pascacerai dan menjalani karier dengan banyak melakukan perjalanan, serta menjadi tulang punggung keluarga. Saat itu, anaknya masih belia. Rasa bersalah karena bercerai kerap muncul, dan memengaruhi dirinya membuatnya merasa tak cakap sebagai ibu. Anak-anaknya pun memiliki banyak pertanyaan tentang perpisahan orangtuanya.

Seperti kebanyakan orang yang bercerai, Ray menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Tak mudah bagi keluarganya untuk menjalani kondisi ini. Namun satu hal yang menguatkannya, anak-anaknya mengatakan kepadanya, “Tidak apa-apa Ibu, kami mencintaimu.”

Anak-anak justru membuktikan bagaimana mereka kuat dan memaafkan meski mereka sedih dengan kondisi orangtuanya. Satu lagi pelajaran cinta yang bisa orang dewasa dapatkan dari sikap tulus anak-anak yang justru menguatkan orang dewasa.

3. Pentingnya waktu bersama.
Anak-anak selalu mengingatkan orangtuanya untuk bersantai dan bermain bersama, jangan hanya fokus pada pekerjaan. Ray juga mengalami hal ini. Saat di rumah, pikiran dan tubuhnya masih terfokus pada pekerjaan, anak-anak lah yang membuatnya rehat sejenak dan menikmati kebersamaan dengan bermain.

Saat sedang sibuk bekerja di rumah, adalah anak-anak dengan ucapan sederhananya, “Ibu nggak pernah main sama aku.” Kata-kata inilah yang membuat Ray mengentikan semua aktivitasnya, dan fokus pada buah hatinya.

Kata-kata sederhana ini menunjukkan, bahwa anak-anak mengingatkan bahwa ia tak lebih penting dari komputer atau pekerjaan orangtuanya. Hanya dengan memiliki cinta, kata-kata ini dapat menjadi pengingat bahwa  sudah waktunya memberikan waktu untuk orang yang Anda sayangi. Sehingga Anda tak berada di satu ruangan dengan seseorang yang Anda kasihi namun sibuk masing-masing.

Ada masanya Anda harus fokus pada orang yang Anda sayangi menciptakan dan menikmati quality time, berinteraksi, berbagi aktivitas dan perhatian, bukan sibuk dengan urusan masing-masing. Pelajaran cinta sederhana ini bisa datang dari perilaku anak-anak Anda di rumah. Seperti anak delapan tahun Ray yang mengingatkannya untuk membagi waktu dan kasih sayang dengan bermain bersamanya dan meninggalkan semua aktivitas individualnya.
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : created by | Barangit.COM | design tercela
Copyright © 2011. TERCELA - All Rights Reserved
Template di otak atik by tercela Published by design otak atik tercela
Proudly powered by Blogger