Kepada anak diajarkan cara berpikir realistis dan optimistis, bahwa
kadang kala nilai di sekolah dapat naik atau turun, seperti halnya
kesehatan, kalau tidak dijaga, bisa turun. Cara untuk mengajarkan
berpikir realistis dan optimistis pada anak adalah membekalinya dengan
kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quotient) sejak dini. Supaya anak tidak memiliki masalah perilaku di usia dewasanya.
Penelitian Carroll Izard, Ph.D. dari University of Delaware di Newark
menunjukkan, anak-anak yang sulit memahami perasaan-perasaan mereka dan
orang lain, akan rentan terhadap masalah-masalah perilaku dan
pembelajaran di usia lebih besar.
Cara yang mudah untuk mengajarkan kecerdasan emosional, misalnya dengan:
1. Kartu emosi
Kartu buatan sendiri dengan gambar yang menunjukkan ekspresi wajah
yang berbeda-beda bisa membantu anak mengenali macam-macam perasaan
seperti marah atau kaget. Tanyakan pada anak Anda, kapan ia pernah
merasakan hal yang sama.
2. Curahan hati
Anak harus siap membuka diri bila anak ingin bercerita tentang
sekolahnya. Anda harus mampu berempati terhadap masalahnya. Jika ia
tidak suka bercerita, sering-seringlah bertanya setiap ia pulang
sekolah. Bila kurang efektif, pancing anak agar bercerita. Caranya,
menceritakan pengalaman masa kecil Anda di sekolah, baik yang
menyenangkan atau yang buruk. Mungkin hal itu akan merangsang anak untuk
bercerita.
3. Membaca dongeng atau buku bersama
Cari buku-buku yang fokus pada berbagai jenis perasaan, misalnya Chicken Soup for Kid's Soul.
Pilihlah dongeng yang memberikan pesan moral. Dari kisah-kisah itu
anak akan mengetahui bahwa ada banyak orang yang juga mengalami masalah
di sekolah atau di rumah. Selain itu, taburilah mereka dengan
pesan-pesan moral dan nasihat menjalani hidup untuk meningkatkan
kecerdasan moralnya.
4. Bermain peran atau drama
Latihan memainkan kejadian-kejadian emosional bersama anak. Misalnya,
berpura-pura sakit, mendapat nilai ujian yang jelek, atau lainnya.
Libatkan pula saudara dan teman-temannya.
5. Libatkan anak dengan kegiatan olahraga atau organisasi
Anak akan belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain dan
belajar bagaimana memahami sikap teman-teman yang berbeda dengan
dirinya. Bila memungkinkan, ajak mereka berkemah, ke gunung, hutan, atau
pantai untuk melihat matahari terbit dan terbenam. Hal ini juga erat
hubungannya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Masjid,
gereja, pura, candi, dapat Anda manfaatkan untuk hal ini.
6. Puji dan motivasilah anak.
Bila anak mendapat nilai jelek, beri motivasi bahwa ia masih bisa
mencapai nilai yang lebih baik besok atau ujian berikutnya. Anda
punjangan marah bila ia mendapat nilai buruk. Pujilah, asal jangan
berlebihan bila berhasil mencapai prestasi. Anak harus belajar bahwa
dirinya memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi tidak mungkin ia bisa
pandai di semua pelajaran. Anak yang perfeksionis cenderung menjadi
depresi dibandingkan dengan anak lain. Beri tahu pula agar jangan takut
berbuat salah. Karena pengalaman juga merupakan pelajaran berharga untuk
menghadapi hidup.
Dengan demikian anak akan mengetahui mana perilaku yang seharusnya
dan tidak seharusnya. Sebagai orang tua wajib mengajarkan kecerdasan
emosional agar anak juga berempati terhadap orang lain.
Post a Comment