Tercela, Ternyata berpikiran positif tak hanya membuat hari-hari kita jadi lebih indah. Tapi juga menstimulus otak kita untuk mengolah informasi lebih baik, sehingga dalam jangka panjang otak kita akan selalu dalam kondisi prima.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa responden yang selalu mengelilingi dirinya dengan energi positif mampu menekan risiko kemunduran fungsi kognitif otak hingga 60 persen. Sementara responden yang kerap stres dan emosional mengalami kemunduran daya ingat atau dimensia.
Thomas Crook, PhD, ahli pencegahan gangguan memori ini bercerita, setiap orang pasti memiliki peristiwa-peristiwa yang menguras emosi. Mulai dari kegagalan, kekecewaan, atau bahkan penghianatan. Ini adalah sumber-sumber stres emosi yang bisa mempengaruhi kerja otak kita. Tapi bukan berarti, Crook menambahkan, kita harus selalu tersenyum menghadapi semua cerita sedih yang masuk dalam hidup kita.
“Kita boleh saja bersedih, namun reaksi kita untuk kembali optimis dan semangat adalah reward bagi otak sehingga fungsi kerjanya tak menurun,” paparnya.
Crook mengajak kita untuk sesegera mungkin mengeluarkan stres emosional dari dalam kepala. “Analogikan kita sedang menekan tombol eject pada DVD player, saat kita tak menyukai film yang kita tonton,” kata Crook. Lalu lihat berapa banyak “DVD kebahagiaan” yang tersisa “di rak” kehidupan kita.
Proses tersebut menurut Crook akan membuat otak kita untuk memutar memori-memori yang dapat mengembalikan semangat kita. Oleh tubuh akan diartikan dengan mengeluarkan hormon endorfin untuk memberikan sensasi rasa bahagia dalam diri. “Dari sinilah akan terlihat bahwa sistem tubuh tak hanya bekerja sendirian. Otak kita akan terasah kemampuan memorinya, plus metabolisme tubuh kembali bekerja normal.”
Itu mengapa para ahli saraf percaya, kemampuan kita untuk mengendalikan emosi dan stres adalah cara untuk melindungi jaringan-jaringan otak. Sebab emosi adalah pemicu bagi banyak area di dalam otak, mulai dari memori, kemampuan berpikir logis, hingga kemampuan berekspresi.
Jadi setiap kali stres menghadang, cobalah untuk berpikir positif agar otak pengendali emosi kita dapat memprogram ulang mood positif kita. Dengan begitu, kita bisa mengembalikan kesadaran fungsi otak akibat respons tubuh yang bekerja kembali normal. Ingat, jika tetap ingin otak bekerja maksimal, jangan mau lama-lama menyimpan emosi negatif dalam diri.
Crook mengajak kita untuk sesegera mungkin mengeluarkan stres emosional dari dalam kepala. “Analogikan kita sedang menekan tombol eject pada DVD player, saat kita tak menyukai film yang kita tonton,” kata Crook. Lalu lihat berapa banyak “DVD kebahagiaan” yang tersisa “di rak” kehidupan kita.
Proses tersebut menurut Crook akan membuat otak kita untuk memutar memori-memori yang dapat mengembalikan semangat kita. Oleh tubuh akan diartikan dengan mengeluarkan hormon endorfin untuk memberikan sensasi rasa bahagia dalam diri. “Dari sinilah akan terlihat bahwa sistem tubuh tak hanya bekerja sendirian. Otak kita akan terasah kemampuan memorinya, plus metabolisme tubuh kembali bekerja normal.”
Itu mengapa para ahli saraf percaya, kemampuan kita untuk mengendalikan emosi dan stres adalah cara untuk melindungi jaringan-jaringan otak. Sebab emosi adalah pemicu bagi banyak area di dalam otak, mulai dari memori, kemampuan berpikir logis, hingga kemampuan berekspresi.
Jadi setiap kali stres menghadang, cobalah untuk berpikir positif agar otak pengendali emosi kita dapat memprogram ulang mood positif kita. Dengan begitu, kita bisa mengembalikan kesadaran fungsi otak akibat respons tubuh yang bekerja kembali normal. Ingat, jika tetap ingin otak bekerja maksimal, jangan mau lama-lama menyimpan emosi negatif dalam diri.
Post a Comment