Saat ini semakin banyak ayah yang aktif ikut ambil bagian dalam
pengasuhan anak-anaknya. Citra para ayah modern ini sangat berbeda
dengan ayah di masa lampau yang cenderung berjarak dengan anak-anaknya
serta hanya menjadi pencari nafkah dalam keluarga.
Para ayah masa kini semakin menyadari pentingnya berbagi peran dengan istri, bukan hanya dalam pengasuhan, melainkan juga tugas-tugas rumah tangga. Mereka tak sungkan menggendong anak, mengganti popok, membacakan dongeng, sampai mengambil rapor anak di sekolah.
Partisipasi aktif para ayah tersebut antara lain disebabkan karena jumlah para bapak rumah tangga memang terus meningkat. Dalam sebuah survei yang diadakan oleh sebuah situs karier di tahun 2007 terhadap 1.521 karyawan yang sudah memiliki anak, 37 persen mengatakan bersedia keluar dari pekerjaannya jika istri mereka memiliki gaji lebih besar. Hampir 38 persen menjawab ingin cuti lebih lama sehingga bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan anak.
Sebuah survei lain menyatakan hal yang tak jauh berbeda. Ketika ditanyakan apa hambatan terbesar mereka dalam menjadi ayah yang baik, hampir separuhnya mengatakan "tanggung jawab pekerjaan."
"Di masa lalu, pria diharapkan untuk bekerja dan menjadi pencari nafkah keluarga. Kini semakin banyak pria memilih untuk berbagi peran pengasuhan dan berpartisipasi dalam tugas rumah tangga," kata Ben Siegel, dokter spesialis anak dan psikiatri dari Boston University School of Medicine.
Ikatan antara ibu dan bayi sudah dimulai jauh sebelum persalinan. Ketika sedang merencanakan kehamilan, para ibu sudah lebih berhati-hati terhadap pola makan dan aktivitasnya. Setelah hamil, selama 9 bulan mereka menikmati hubungan dengan calon bayinya melalui sentuhan hingga tendangan kecil di perut.
Bagi para ayah, ikatan tersebut biasanya baru dimulai di ruang persalinan. Dengan kata lain, ketika bayi lahir, ayah baru ada di hari pertama, sedang para ibu sudah menjalin relasi selama 462 hari.
Ayah dan ibu memasuki dunia parenting secara berbeda. Bagi ibu, hubungan itu diciptakan secara biologi, itu adalah bagian dari dirinya, sementara para ayah tidak begitu.
"Karena itu sangat penting bagi ayah untuk mempelajari ilmu menjadi ayah yang baik. Bagi sebagian pria, ia sudah memiliki insting ayah, tapi cukup banyak pria yang harus belajar dulu," kata Roland Warren, presiden National Fatherhood Initiative.
Menguatkan ikatan antara ayah dan bayi bisa dilakukan dengan menemani istri selama proses persalinan sehingga ayah sudah menjadi bagian dari hidup bayi sejak mereka lahir ke dunia.
Para ayah juga bisa membekali diri, terutama dengan bertanya kepada istri, atau kepada teman dan saudara yang sudah menjadi ayah, serta menggali informasi melalui buku, seminar, bahkan film.
Para ayah masa kini semakin menyadari pentingnya berbagi peran dengan istri, bukan hanya dalam pengasuhan, melainkan juga tugas-tugas rumah tangga. Mereka tak sungkan menggendong anak, mengganti popok, membacakan dongeng, sampai mengambil rapor anak di sekolah.
Partisipasi aktif para ayah tersebut antara lain disebabkan karena jumlah para bapak rumah tangga memang terus meningkat. Dalam sebuah survei yang diadakan oleh sebuah situs karier di tahun 2007 terhadap 1.521 karyawan yang sudah memiliki anak, 37 persen mengatakan bersedia keluar dari pekerjaannya jika istri mereka memiliki gaji lebih besar. Hampir 38 persen menjawab ingin cuti lebih lama sehingga bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan anak.
Sebuah survei lain menyatakan hal yang tak jauh berbeda. Ketika ditanyakan apa hambatan terbesar mereka dalam menjadi ayah yang baik, hampir separuhnya mengatakan "tanggung jawab pekerjaan."
"Di masa lalu, pria diharapkan untuk bekerja dan menjadi pencari nafkah keluarga. Kini semakin banyak pria memilih untuk berbagi peran pengasuhan dan berpartisipasi dalam tugas rumah tangga," kata Ben Siegel, dokter spesialis anak dan psikiatri dari Boston University School of Medicine.
Ikatan antara ibu dan bayi sudah dimulai jauh sebelum persalinan. Ketika sedang merencanakan kehamilan, para ibu sudah lebih berhati-hati terhadap pola makan dan aktivitasnya. Setelah hamil, selama 9 bulan mereka menikmati hubungan dengan calon bayinya melalui sentuhan hingga tendangan kecil di perut.
Bagi para ayah, ikatan tersebut biasanya baru dimulai di ruang persalinan. Dengan kata lain, ketika bayi lahir, ayah baru ada di hari pertama, sedang para ibu sudah menjalin relasi selama 462 hari.
Ayah dan ibu memasuki dunia parenting secara berbeda. Bagi ibu, hubungan itu diciptakan secara biologi, itu adalah bagian dari dirinya, sementara para ayah tidak begitu.
"Karena itu sangat penting bagi ayah untuk mempelajari ilmu menjadi ayah yang baik. Bagi sebagian pria, ia sudah memiliki insting ayah, tapi cukup banyak pria yang harus belajar dulu," kata Roland Warren, presiden National Fatherhood Initiative.
Menguatkan ikatan antara ayah dan bayi bisa dilakukan dengan menemani istri selama proses persalinan sehingga ayah sudah menjadi bagian dari hidup bayi sejak mereka lahir ke dunia.
Para ayah juga bisa membekali diri, terutama dengan bertanya kepada istri, atau kepada teman dan saudara yang sudah menjadi ayah, serta menggali informasi melalui buku, seminar, bahkan film.
Post a Comment