Alkisah, seorang pedagang Arab sedang melakukan perjalanan melintasi 
gurun menggunakan kuda. Sebagai bekal minum, ia mengisi kantung kulit 
dari perut domba dengan susu. Ketika haus dan mau minum susu dari 
kantungnya, ia terkejut bukan main. Sebab, susunya terpisah menjadi dua 
bentuk. Yang satu kental cenderung padat, satunya lagi berupa cairan.
Konon, dari situlah awal mula orang mengenal keju seperti yang 
kita kenal sekarang: bagian yang kental dan cenderung padat. Setelah 
ditelusuri, susu bekal musafir Arab itu bisa berubah wujud gara-gara 
kantung kulit itu berasal dari binatang muda yang mengandung rennin, enzim penggumpal.
Nah, ditambah dengan terpaan sinar matahari dan goyangan tubuh 
kudanya, susu bekalnya berubah wujud menjadi keju. Si pengembara 
mendapati cairan (yang ternyata air sisa setelah susu menjadi keju) itu 
tetap bisa diminum dan kejunya bisa dimakan. Keju sudah dikenal sejak 
zaman Sumeria purba, 4.000 tahun Sebelum Masehi. Tradisi tertua yang 
melibatkan ekstraksi dan crafting susu
 berasal dari Mesopotamia (kini Irak). Sebuah catatan yang berkisah 
tentang Dewi Ninchursag menyebutkan bahwa keju sudah diproduksi saat 
itu.
Penemu keju tidak diketahui pasti. Pada zaman Yunani kuno, nama
 Aristaeus, anak dari Apollo dan Cyrene, disebut-sebut dalam Kitab Suci 
Perjanjian Lama sebagai si penemu. Di zaman Romawi, keju sudah menjadi 
industri rumahan. Pada rumah yang lebih besar, ada ruang khusus yang 
digunakan untuk memasak keju. Dibikin pula dapur khusus untuk 
memrosesnya.
Pembuatan makanan enak dan bergizi dari susu ini dilakukan 
dengan keterampilan dan pengetahuan, serta menggunakan standar tinggi. 
Kala itu, keju dari susu kambing dan domba menjadi makanan utama rakyat.
 Proses mematangkan keju telah dikembangkan dan dikenal secara luas 
sehingga dihasilkan keju dengan karakter dan rasa yang berbeda-beda.
Pada Abad Pertengahan, rahib menjadi inovator dan pengembang 
keju, mulai dari yang klasik sampai yang muncul di pasaran saat ini. 
Soalnya, lingkungan biaralah yang menjadi pusat penghasil produk 
pertanian. Tak heran kalau nama-nama keju yang terkenal diambil dari 
nama biara asal keju itu diproduksi, seperti Port Salut, Maroilles, 
serta Saint-Nectaire. Begitu terkenalnya rahib sebagai pembuat keju, 
sampai-sampai kini banyak label keju, khususnya keju-keju lembut, diberi
 gambar raut muka seorang rahib yang ceria.
Hingga tahun 1550 sudah dikenal lebih dari 50 jenis. Dalam hal 
perkejuan, Prancis terkenal paling banyak berkreasi. Dengan 
berkembangnya alat transportasi, utamanya kereta api di abad ke-19, keju
 bikinan Prancis menyebar sampai keluar negara. Pada pertengahan abad 
itu pula pembuatan keju berubah dari industri rumahan menjadi industri 
berskala besar.
Perubahan itu tak lepas dari dukungan Louis Pasteur dengan 
temuannya berupa proses pasteurisasi. Sekarang dimungkinkan memproduksi 
keju dalam skala industri yang lebih besar dan dengan kualitas yang 
terjamin dan lebih seragam. Lagi-lagi Prancis masih menjadi produsen 
keju terbesar. Perusahaan macam Bougrain, Fromageries Bel, Lactalis, 
atau Sodiaal berada di balik semua itu.


Post a Comment