Riset dari University of Central Lancashire tahun 2011 pernah 
mengungkapkan, suara-suara berisik yang dikeluarkan oleh perempuan saat 
bercinta tak selalu menunjukkan bahwa ia tengah orgasme. Kaum perempuan 
bukan mengeluarkan  suara-suara tersebut untuk mengekspresikan 
kenikmatan yang mereka  rasakan, melainkan untuk menciptakan suasana 
yang lebih menggairahkan. Dengan demikian, pria akan terdorong untuk 
mengalami orgasme.
Kini muncul penelitian baru dari Leeds University yang menyatakan: pasangan yang berisik saat bercinta kemungkinan besar mengalami momen yang lebih menyenangkan di ranjang. Mereka mengundang 71 responden perempuan untuk merekam seberapa keras kegaduhan yang mereka buat, dan kapan suara berisik itu terjadi.
Ada beberapa temuan yang mirip dengan hasil temuan peneliti University of Central Lancashire. Para peneliti Leeds mendapati, bahwa dua pertiga dari responden paling berisik sebelum dan sesudah pasangannya mencapai orgasme. Kegaduhan itu biasa mereka lakukan untuk membuat pasangan semakin bersemangat dan membantu mencapai klimaks.
Leeds juga mengungkapkan temuan barunya, di mana 92 persen perempuan mengatakan bahwa mereka yakin bahwa rintihan mereka saat berhubungan seks bisa meningkatkan keyakinan diri pasangan. Kemudian, 87 persen perempuan mengatakan, itulah alasan mereka melakukannya.
Perempuan juga disebut semakin gaduh karena orgasme yang mereka alami jauh lebih intens daripada orgasme kaum lelaki. Hal ini disebabkan ikatan saraf pada klitoris jauh lebih besar daripada saraf-saraf di area penis kaum pria, sehingga memberi tambahan sensasi saat mencapai klimaks.
Temuan lain yang tak kalah menarik juga pernah dilontarkan situs Lovehoney. Jajak pendapat yang dilakukan situs ini mengesahkan apa yang menjadi mitos selama ini, yaitu bahwa perempuan jauh lebih berisik ketimbang laki-laki saat berhubungan intim. Hampir seluruh perempuan yang disurvei (94 persen) mengakuinya, dan tujuh dari 10 pria juga sepakat dengan pengakuan tersebut.
Kini muncul penelitian baru dari Leeds University yang menyatakan: pasangan yang berisik saat bercinta kemungkinan besar mengalami momen yang lebih menyenangkan di ranjang. Mereka mengundang 71 responden perempuan untuk merekam seberapa keras kegaduhan yang mereka buat, dan kapan suara berisik itu terjadi.
Ada beberapa temuan yang mirip dengan hasil temuan peneliti University of Central Lancashire. Para peneliti Leeds mendapati, bahwa dua pertiga dari responden paling berisik sebelum dan sesudah pasangannya mencapai orgasme. Kegaduhan itu biasa mereka lakukan untuk membuat pasangan semakin bersemangat dan membantu mencapai klimaks.
Leeds juga mengungkapkan temuan barunya, di mana 92 persen perempuan mengatakan bahwa mereka yakin bahwa rintihan mereka saat berhubungan seks bisa meningkatkan keyakinan diri pasangan. Kemudian, 87 persen perempuan mengatakan, itulah alasan mereka melakukannya.
Perempuan juga disebut semakin gaduh karena orgasme yang mereka alami jauh lebih intens daripada orgasme kaum lelaki. Hal ini disebabkan ikatan saraf pada klitoris jauh lebih besar daripada saraf-saraf di area penis kaum pria, sehingga memberi tambahan sensasi saat mencapai klimaks.
Temuan lain yang tak kalah menarik juga pernah dilontarkan situs Lovehoney. Jajak pendapat yang dilakukan situs ini mengesahkan apa yang menjadi mitos selama ini, yaitu bahwa perempuan jauh lebih berisik ketimbang laki-laki saat berhubungan intim. Hampir seluruh perempuan yang disurvei (94 persen) mengakuinya, dan tujuh dari 10 pria juga sepakat dengan pengakuan tersebut.
Namun pakar  seks Tracey Cox tidak 
yakin seks yang dimeriahkan dengan rintihan dan lenguhan perempuan akan 
menghasilkan hubungan seks yang lebih baik.
"Tidak ada penjelasan ilmiah mengapa salah satu jenis kelamin jadi lebih gaduh di ranjang. Itu lebih tergantung pada masing-masing orang. Sebagian orang bisa berteriak-teriak saat nonton konser, tapi yang lain bisa saja nonton tanpa bersuara. Tidak berarti yang diam saja ini tidak menikmati konsernya, kan?" tukasnya.
"Tidak ada penjelasan ilmiah mengapa salah satu jenis kelamin jadi lebih gaduh di ranjang. Itu lebih tergantung pada masing-masing orang. Sebagian orang bisa berteriak-teriak saat nonton konser, tapi yang lain bisa saja nonton tanpa bersuara. Tidak berarti yang diam saja ini tidak menikmati konsernya, kan?" tukasnya.
Tracey juga tidak setuju dengan 
anggapan bahwa pria akan mencapai orgasme lebih mudah  jika mereka tahu 
telah berhasil memuaskan pasangan. Menurutnya hal ini malah membuat 
perempuan merasa tertekan, karena harus  membuat pria tahu bahwa mereka 
senang dan puas dengan sesi bercinta  tersebut.
"Salah satu teori 
pernah mengungkapkan mengapa perempuan  lebih sering pura-pura orgasme 
daripada pria, yaitu karena kemungkinan mereka merasa  wajib memberikan 
'bukti' bahwa mereka menikmati sesi tersebut," ujar  penulis buku The Sex Doctor ini.

Post a Comment